Sabtu, 16 Agustus 2014

KH. MOH. SAID

KISAH KH. MOH. SAID


KH. MOH. SAID KETAPANG, KYAI YANG MAHIR BERBAHASA ASING

KH. Moh. Said adalah salah satu ulama pendiri NU. Pernah diberi tugas oleh Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk mengibarkan bendera NU ke penjuru dunia karena beliau termasuk orang yang mahir berbahasa Inggris, Russia, Jerman dan Belanda. Bersama Syaikh Ghanaim dan KH. A. Wahab Hasbullah, beliau berkelana ke luar negeri mengabarkan NU ke dunia internasional. Beliau mengantarkan surat berdirinya NU ke penjuru dunia Eropa.

Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Ketapang Malang, yang telah mendapatkan ijazah kemursyidan Thariqah Naqsyabandiyah-Khalwatiyah sewaktu di Mekkah. Di Mekkah itulah pertama kali beliau berjumpa dengan KH. A. Wahab Hasbullah dkk.

1. Kelahiran dan Pendidikan KH. Moh. Said

KH. Moh. Said lahir di Jl. Tongan Kodya Malang pada tahun 1901 dari pasangan H. Moh. Anwar dan Ny. Lis.

Pada masa penjajahan Belanda, Kyai Said termasuk beruntung. Karena pada usia 10 tahun, beliau dapat mengenyam pendidikan dan berhasil menamatkan pendidikan NIS tahun 1911. 5 tahun kemudian, tahun 1916, menamatkan ELS. Setamat dari ELS beliau bekerja menjadi Komis Pos di Jember  selama 9 tahun, 1916-1925.

Secara khusus, awalnya Kyai Said hanya nyantri di beberapa kyai di Malang, seperti ngaji pada Kyai Mukti Kasin, dan beberapa kyai lainnya. Selain itu, juga pernah nyantri ke Canga’an Bangil. Kemudian nyantri ke Pondok Pesantren Salafiyah Siwalan Panji Sidoarjo pada tahun 1926-1931, setahun setelah menikah.

2. Mendirikan PPAI Ketapang Kepanjen Malang

KH. Moh. Said pindah di Kabupaten Malang sejak tahun 1927. Sedangkan Pondok Pesantren PPAI Desa Sukoraharjo Dusun Ketapang Kepanjen Malang berdiri pada tanggal 28 Oktober 1948 oleh KH. Moh. Said. Pondok ini merupakan pemindahan pondok pesantren dari daerah Karangsari Bantur, Kabupaten Malang, yang juga didirikan oleh beliau pada tahun 1931.

Selanjutnya beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren di Sonotengah, Pakisaji, Kabupaten Malang selama 16 tahun, 1931-1947. Tahun 1948 beliau mendirikan pesantren pindahan dari Sonotengah, di daerah Karangsari Bantur guna menyelamatkan santrinya dari penjajahan Belanda. Beliau berjuang mengusir penjajah Belanda serta menjadi penggerak tentara Hizbullah dari tahun 1945-1948.

Sebagaimana umumnya pesantren NU, pondok beliau juga bersistem pengajaran klasikal (Salafiyah). Unit pendidikan yang tersedia meliputi Sekolah Diniyah Putra-Putri Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah.

3. Anak Didik KH. Moh. Said

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. al-Jatsiyah ayat 18).

Ayat itulah yang selalu ditanamkan KH. Moh. Said kepada santrinya. Harapannya, agar santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Agama Islam (PPAI) Ketapang, Kepanjen, yang diasuhnya tidak model-model. “Kalau memang hanya bisa membaca al-Fatihah, ya ajarkan al-Fatihah itu,” ujarnya kala itu.

Prinsip Kyai Said: “Sebagai seorang pemimpin harus bisa mencetak atau mengkader santrinya menjadi pemimpin.” Karenanya, tak heran jika kemudian Kyai Said berhasil mengkader santrinya menjadi kyai, ustadz dan tokoh masyarakat, seperti:
1. KH. Abdul Hanan
2. KH. Alwi Murtadho (Pengasuh PPAI Al-Ihsan Blambangan Bululawang)
3. KH. Abdul Basyir
4. KH. Drs. Mahmud Zubaidi (Ketua MUI Kabupaten Malang dan Pengurus NU Cabang Kabupaten Malang)
5. Ustadz H. Ismail Qodly (guru agama di SLTP Shalahuddin)
6. Gus Mad Suyuti Dahlan (Pengasuh Ponpes Nurul Ulum Kacuk Sukun)
7. KH. Ahmad Su’aidi (Pengasuh PPAI Ketapang, menggantikan Kyai Moh. Said)
8. Dan puluhan kiai lainnya yang tersebar di Malang dan sekitarnya.

4. Perjuangan dan Pengabdian KH. Moh. Said

Sejak masa muda, beliau memang dikenal sebagai orang yang suka bekerja keras dan tekun belajar. Selain membantu orangtuanya, juga berdagang serta terkadang bertani.

Beliau menikah pada tahun 1925 dengan Siti Fatimah, seorang wanita dari Kidul Pasar Malang. Waktu itu, beliau masih berstatus sebagai pegawai di Kantor Gubernur di Surabaya tahun 1925-1927. Dalam pernikahan tersebut, Kiai Said tidak sampai dikarunia anak.

Bekerja menjadi pegawai pemerintah Belanda, ternyata tidak memuaskan hati beliau, hingga dia mengundurkan diri. Karenanya, setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesanntren Sono Tengah Pakisaji Malang, pada tahun 1931-1947. Pada tahun 1948, beliau mendirikan Pesantren Karangsari di Bantur. Setelah itu, sekitar tahun 1949 mendirikan Ponpes PPAI Ketapang, Kepanjen.

Di masa pendudukan penjajah Belanda, Kyai Said turut berjuang bersama masyarakat untuk mengusir penjajah. Bahkan beliau termasuk tokoh yang menggerakkan tentara Hizbullah pada tahun 1945-1948.

Di kalangan santri dan masyarakat, beliau dikenal sebagai ulama yang bijaksana. Beliau juga dekat dengan umara’ dan organisasi, tetap menampakkan pribadi yang alim, wara’ dan sufi. Selain itu, juga aktif di organisasi NU dan sempat menjadi Rois Syuriah NU Cabang Malang pada tahun 1950-1965. Bahkan, pernah ditunjuk menjadi Ketua Misi Ulama se Jatim ke Moskow (Rusia) dan Karachi (Pakistan) mewakili Partai NU wilayah Jawa Timur.

Menurut Gus Mad Suyuti Dahlan, Kyai Said itu sosok sufi yang berpendirian teguh, suka menyendiri dan menjauhi keramaian. Meski beliau lebih menekankan pada syariat (fiqih), tapi juga mengamalkan Thariqah Khalwatiyah dengan kitab susunannya Khulashah Dzikr al-‘Ammah wa al-Khasshah, yang didirikan Syaikh Khalwati. “Beliau itu hampir 27 tahun tidak pernah telat melaksanakan shalat berjamaah. Dan pelajaran itu, selalu ditekankan pada santri-santrinya,” ujar Almaghfurlah KH. Suyuti Dahlan (Pengasuh PP Nurul Ulum Kebon Sari Malang).

Demikian juga dalam bidang pendidikan, beliau sangat memperhatikan para generasi muda. Para santrinya diarahkan untuk menjadi penganjur agama Islam atau da’i, menjadi kader-kader dakwah yang memperjuangkan agama Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah serta menyebarluaskan ajaran pesantren yang sehaluan dengan PPAI Ketapang.

5. Pertemuan Dua Wali, KH. Abdul Hamid dan KH. Moh. Said

Pagi itu hampir beranjak siang, KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid) Pasuruan sudah berada di depan Ndalem KH. Mohammad Said, Pengasuh PPAI Ketapang Kepanjen Malang, seraya mengucapkan: “Assalamu’alaikum...” sampai 3 kali, tapi tak ada jawaban.

Tak lama kemudian, muncul seorang santri datang dari bilik yang tak jauh dari Ndalem mendatangi Kyai Abdul Hamid yang berada di serambi Ndalem. “Romo Kyai Said wonten?” Kyai Said ada? Tanya Kyai Hamid.

“Romo Kyai Said kadose tindakan kolowau kaleh Bu Nyai. Ngapunten, saking pundi?” Kyai Said sepertinya tadi pergi bersama Bu Nyai. Maaf, Anda dari mana? Tanya santri tadi.

“Kulo Abdul Hamid saking Pasuruan”, saya Abdul Hamid dari Pasuruan.

Mendengar jawaban itu santri tadi langsung bingung tak tahu harus berbuat apa karena sekarang ia tahu bahwa yang di hadapannya bukan orang biasa, tetapi kyai panutan banyak orang. Melihat hal itu Kyai Hamid pun langsung berkata kepada santri tadi: “Menawi ngaten kulo tak ngrantosi Romo Kyai Said ten masjid mawon mpun nak geh”, kalau begitu sembari menunggu Kyai Said, saya di masjid dulu ya.

Akhirnya Kyai Hamid pun berjalan menuju masjid yang tak jauh dari Ndalem, kemudian shalat dua rakaat lalu rebahan tidur di depan mihrab masjid. Sedangkan santri tadi sambil bingung kembali ke bilik memberi tahu teman-temannya bahwa tamu tadi adalah Kyai Hamid dari Pasuruan yang alim dan wara’.

Selang hampir satu jam, melihat kondisi Kyai Hamid yang sedang tidur-tiduran di depan mihrab menunggu kedatangan Kyai Said, akhirnya santri tadi berinisiatif untuk mencari keluarga atau abdi ndalem agar bisa membukakan pintu Ndalem Kyai Said. Tujuannya supaya Kyai Hamid bisa menunggu di Ndalem saja.

Tak lama kemudian keluarlah Gus Kholidul Azhar, putra angkat Kyai Said, dari dalam Ndalem sambil kelihatan layu nampak habis bangun tidur. Maka tanpa basa-basi santri tadi langsung berkata kepada Gus Kholid: “Gus, wonten Kyai Hamid Pasuruan bade sowan dateng Romo Yai,” Gus ada Kyai Hamid Pasuruan ingin menghadap KH. Said.

“Iyo wis mari ketemu kok,” iya sudah ketemu kok, jawab Gus Kholid.

“Lho, kepanggih pripun tho Gus. Lha wong Kyai Hamid sak meniko tasik nenggo Romo Kyai Said kundur saking tindakan ten masjid ngantos sare wonten ngajenge mihrob”, Sudah ketemu bagaimana Gus, lha tadi Kyai Hamid masih menunggu Kyai Said yang sedang keluar di masjid depan mihrab kok.

“Lho, sopo sing ngomong Abah (Kyai Said) tindak? Wong iki maeng lho aku metu teko kamar (habis tidur) Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale (ruang tamu) omah”, kata siapa Abah sedang keluar? Baru saja aku keluar kamar, Abah bersama Kyai Hamid bertemu di ruang tamu.

“Lho, saestu Gus Romo Kyai Said tasik tindakan, kulo ningali piambak wau mios ipun. Pramilo Kyai Hamid nenggo Romo Kyai kundur sakniki ten masjid” beneran lho Gus, tadi Kyai Said sedang keluar. Saya lihat. Sedangkan Kyai Hamid menunggunya di masjid.

“Koen iki yokpo se, dikandani lek Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale kok gak percoyo?” Kamu ini bagaimana sih, diberi tahu Abah bersama Kyai Hamid masih bertatap muka di ruang tamu kok tidak percaya.

“Mosok nggeh Gus, saestu tah? Wong nembe mawon kulo tasik ningali Kyai Hamid wonten masjid, sare ten ngajenge mihrob. Lan kulo ningali Kyai tindakan lan dereng kondur.” Masak sih Gus, sungguh? Baru saja saya lihat Kyai Hamid masih di masjid, tiduran di depan mihrab. Dan saya lihat Kyai Said sedang keluar, belum pulang.

“Koen iki, dikandani kok gak percoyo.” Kamu itu diberi tahu kok tidak percaya. Timpal Gus Kholid.

Di tengah perdebatan antara santri tadi dengan Gus Kholid, tiba-tiba datang mobil Holden Kyai Said datang dan berhenti di depan Ndalem. Keluarlah dari dalam mobil tadi Kyai Said dan Ibu Nyai. Melihat pemandangan itu, Gus Kholid dan santri tadi menjadi bingung. “Lho Gus, niku lho Romo Kyai nembe kondur saking tindakan,” Lho Gus, itu Kyai Said baru saja pulang, tukas santri tadi.

“Lha terus, sing tak delok temon-temonan ndek mbale omah iki maeng sopo?” Lha terus yang barusan saya lihat sedang bercengkerama di ruang tamu itu siapa? Sela Gus Kholid.

“Lha geh duko Gus,” Ya tidak tahu, Gus, jawab santri tadi.

Di tengah kebingungan keduanya, maka Gus Kholid langsung menghampiri Kyai Said yang baru keluar dari mobil, seraya berkata: “Abah, wonten...”

Belum selesai berkata, Kyai Said langsung menjawab: “Kyai Hamid? Wis.. wis... Abah wis ketemu kok.” Kyai Hamid? Sudah, sudah saya temui kok. Sambil berjalan menuju Ndalem.

Maka makin bingunglah Gus Kholid dan santri tadi mendengar jawaban Kyai Said tersebut. Demi untuk menghilangkan kebingungannya, santri tadi langsung berlari ke masjid memastikan Kyai Hamid masih di depan mihrab. “Tapi kali ini ia tidak berhasil menemukan Kyai Hamid di sana, dicari ke mana-mana pun tidak ketemu.” Tutur KH. Achmad Muchtar Gz, santri KH. Moh. Said, mengakhiri kisahnya.

6. Kewafatan KH. Moh. Said

Pernah sewaktu sakitnya, beliau dikunjungi al-Quthb al-Habib Abdul Qadir Bilfaqih, Pengasuh Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyah, yang waktu itu diantarkan oleh Gus Suyuti Dahlan. Dalam pertemuan itu, Habib Abdul Qadir sempat menawarkan obat dari Jerman yang sangat istimewa dan mujarab kepada Kyai Said.

Namun, dengan segala kerendahan hati tawaran sang habib tersebut  ditolaknya. Lantas Kyai Said menceritakan, jika dirinya pernah bermimpi. Hatinya pecah menjadi dua. Pecahan itu kemudian menjadi tulisan dalam bahasa Arab, yang artinya: “Tidak ada obat untuk penyakit ini, kecuali dengan dzikrullah.”

“Kalau begitu, tidak usah saya beri obat Pak Kyai. Dzikir itu saja diteruskan,” tutur Gus Mad Suyuti menirukan perkataan Habib Abdul Qadir Bilfaqih kepada Kyai Said waktu itu.

KH. Moh. Said wafat pada tanggal 1 Desember tahun 1964 dalam usia 63 tahun. Jenazahnya dimakamkan di lingkungan Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen Malang.

Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 13 Agustus 2014

http://www.muslimedianews.com/2014/08/kyai-said-ketapang-kyai-nu-yang-mahir.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/08/kh-moh-said-ketapang-kyai-yang-mahir.html
Kumpulan Foto Ulama dan Habaib with Repositori Fadly and 22 others
KH. MOH. SAID KETAPANG, KYAI YANG MAHIR BERBAHASA ASING

KH. Moh. Said adalah salah satu ulama pendiri NU. Pernah diberi tugas oleh Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk mengibarkan bendera NU ke penjuru dunia karena beliau termasuk orang yang mahir berbahasa Inggris, Russia, Jerman dan Belanda. Bersama Syaikh Ghanaim dan KH. A. Wahab Hasbullah, beliau berkelana ke luar negeri mengabarkan NU ke dunia internasional. Beliau mengantarkan surat berdirinya NU ke penjuru dunia Eropa.

Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Ketapang Malang, yang telah mendapatkan ijazah kemursyidan Thariqah Naqsyabandiyah-Khalwatiyah sewaktu di Mekkah. Di Mekkah itulah pertama kali beliau berjumpa dengan KH. A. Wahab Hasbullah dkk.

1. Kelahiran dan Pendidikan KH. Moh. Said

KH. Moh. Said lahir di Jl. Tongan Kodya Malang pada tahun 1901 dari pasangan H. Moh. Anwar dan Ny. Lis.

Pada masa penjajahan Belanda, Kyai Said termasuk beruntung. Karena pada usia 10 tahun, beliau dapat mengenyam pendidikan dan berhasil menamatkan pendidikan NIS tahun 1911. 5 tahun kemudian, tahun 1916, menamatkan ELS. Setamat dari ELS beliau bekerja menjadi Komis Pos di Jember selama 9 tahun, 1916-1925.

Secara khusus, awalnya Kyai Said hanya nyantri di beberapa kyai di Malang, seperti ngaji pada Kyai Mukti Kasin, dan beberapa kyai lainnya. Selain itu, juga pernah nyantri ke Canga’an Bangil. Kemudian nyantri ke Pondok Pesantren Salafiyah Siwalan Panji Sidoarjo pada tahun 1926-1931, setahun setelah menikah.

2. Mendirikan PPAI Ketapang Kepanjen Malang

KH. Moh. Said pindah di Kabupaten Malang sejak tahun 1927. Sedangkan Pondok Pesantren PPAI Desa Sukoraharjo Dusun Ketapang Kepanjen Malang berdiri pada tanggal 28 Oktober 1948 oleh KH. Moh. Said. Pondok ini merupakan pemindahan pondok pesantren dari daerah Karangsari Bantur, Kabupaten Malang, yang juga didirikan oleh beliau pada tahun 1931.

Selanjutnya beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren di Sonotengah, Pakisaji, Kabupaten Malang selama 16 tahun, 1931-1947. Tahun 1948 beliau mendirikan pesantren pindahan dari Sonotengah, di daerah Karangsari Bantur guna menyelamatkan santrinya dari penjajahan Belanda. Beliau berjuang mengusir penjajah Belanda serta menjadi penggerak tentara Hizbullah dari tahun 1945-1948.

Sebagaimana umumnya pesantren NU, pondok beliau juga bersistem pengajaran klasikal (Salafiyah). Unit pendidikan yang tersedia meliputi Sekolah Diniyah Putra-Putri Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah.

3. Anak Didik KH. Moh. Said

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. al-Jatsiyah ayat 18).

Ayat itulah yang selalu ditanamkan KH. Moh. Said kepada santrinya. Harapannya, agar santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Agama Islam (PPAI) Ketapang, Kepanjen, yang diasuhnya tidak model-model. “Kalau memang hanya bisa membaca al-Fatihah, ya ajarkan al-Fatihah itu,” ujarnya kala itu.

Prinsip Kyai Said: “Sebagai seorang pemimpin harus bisa mencetak atau mengkader santrinya menjadi pemimpin.” Karenanya, tak heran jika kemudian Kyai Said berhasil mengkader santrinya menjadi kyai, ustadz dan tokoh masyarakat, seperti:
1. KH. Abdul Hanan
2. KH. Alwi Murtadho (Pengasuh PPAI Al-Ihsan Blambangan Bululawang)
3. KH. Abdul Basyir
4. KH. Drs. Mahmud Zubaidi (Ketua MUI Kabupaten Malang dan Pengurus NU Cabang Kabupaten Malang)
5. Ustadz H. Ismail Qodly (guru agama di SLTP Shalahuddin)
6. Gus Mad Suyuti Dahlan (Pengasuh Ponpes Nurul Ulum Kacuk Sukun)
7. KH. Ahmad Su’aidi (Pengasuh PPAI Ketapang, menggantikan Kyai Moh. Said)
8. Dan puluhan kiai lainnya yang tersebar di Malang dan sekitarnya.

4. Perjuangan dan Pengabdian KH. Moh. Said

Sejak masa muda, beliau memang dikenal sebagai orang yang suka bekerja keras dan tekun belajar. Selain membantu orangtuanya, juga berdagang serta terkadang bertani.

Beliau menikah pada tahun 1925 dengan Siti Fatimah, seorang wanita dari Kidul Pasar Malang. Waktu itu, beliau masih berstatus sebagai pegawai di Kantor Gubernur di Surabaya tahun 1925-1927. Dalam pernikahan tersebut, Kiai Said tidak sampai dikarunia anak.

Bekerja menjadi pegawai pemerintah Belanda, ternyata tidak memuaskan hati beliau, hingga dia mengundurkan diri. Karenanya, setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren beliau mendirikan dan mengasuh Pondok Pesanntren Sono Tengah Pakisaji Malang, pada tahun 1931-1947. Pada tahun 1948, beliau mendirikan Pesantren Karangsari di Bantur. Setelah itu, sekitar tahun 1949 mendirikan Ponpes PPAI Ketapang, Kepanjen.

Di masa pendudukan penjajah Belanda, Kyai Said turut berjuang bersama masyarakat untuk mengusir penjajah. Bahkan beliau termasuk tokoh yang menggerakkan tentara Hizbullah pada tahun 1945-1948.

Di kalangan santri dan masyarakat, beliau dikenal sebagai ulama yang bijaksana. Beliau juga dekat dengan umara’ dan organisasi, tetap menampakkan pribadi yang alim, wara’ dan sufi. Selain itu, juga aktif di organisasi NU dan sempat menjadi Rois Syuriah NU Cabang Malang pada tahun 1950-1965. Bahkan, pernah ditunjuk menjadi Ketua Misi Ulama se Jatim ke Moskow (Rusia) dan Karachi (Pakistan) mewakili Partai NU wilayah Jawa Timur.

Menurut Gus Mad Suyuti Dahlan, Kyai Said itu sosok sufi yang berpendirian teguh, suka menyendiri dan menjauhi keramaian. Meski beliau lebih menekankan pada syariat (fiqih), tapi juga mengamalkan Thariqah Khalwatiyah dengan kitab susunannya Khulashah Dzikr al-‘Ammah wa al-Khasshah, yang didirikan Syaikh Khalwati. “Beliau itu hampir 27 tahun tidak pernah telat melaksanakan shalat berjamaah. Dan pelajaran itu, selalu ditekankan pada santri-santrinya,” ujar Almaghfurlah KH. Suyuti Dahlan (Pengasuh PP Nurul Ulum Kebon Sari Malang).

Demikian juga dalam bidang pendidikan, beliau sangat memperhatikan para generasi muda. Para santrinya diarahkan untuk menjadi penganjur agama Islam atau da’i, menjadi kader-kader dakwah yang memperjuangkan agama Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah serta menyebarluaskan ajaran pesantren yang sehaluan dengan PPAI Ketapang.

5. Pertemuan Dua Wali, KH. Abdul Hamid dan KH. Moh. Said

Pagi itu hampir beranjak siang, KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid) Pasuruan sudah berada di depan Ndalem KH. Mohammad Said, Pengasuh PPAI Ketapang Kepanjen Malang, seraya mengucapkan: “Assalamu’alaikum...” sampai 3 kali, tapi tak ada jawaban.

Tak lama kemudian, muncul seorang santri datang dari bilik yang tak jauh dari Ndalem mendatangi Kyai Abdul Hamid yang berada di serambi Ndalem. “Romo Kyai Said wonten?” Kyai Said ada? Tanya Kyai Hamid.

“Romo Kyai Said kadose tindakan kolowau kaleh Bu Nyai. Ngapunten, saking pundi?” Kyai Said sepertinya tadi pergi bersama Bu Nyai. Maaf, Anda dari mana? Tanya santri tadi.

“Kulo Abdul Hamid saking Pasuruan”, saya Abdul Hamid dari Pasuruan.

Mendengar jawaban itu santri tadi langsung bingung tak tahu harus berbuat apa karena sekarang ia tahu bahwa yang di hadapannya bukan orang biasa, tetapi kyai panutan banyak orang. Melihat hal itu Kyai Hamid pun langsung berkata kepada santri tadi: “Menawi ngaten kulo tak ngrantosi Romo Kyai Said ten masjid mawon mpun nak geh”, kalau begitu sembari menunggu Kyai Said, saya di masjid dulu ya.

Akhirnya Kyai Hamid pun berjalan menuju masjid yang tak jauh dari Ndalem, kemudian shalat dua rakaat lalu rebahan tidur di depan mihrab masjid. Sedangkan santri tadi sambil bingung kembali ke bilik memberi tahu teman-temannya bahwa tamu tadi adalah Kyai Hamid dari Pasuruan yang alim dan wara’.

Selang hampir satu jam, melihat kondisi Kyai Hamid yang sedang tidur-tiduran di depan mihrab menunggu kedatangan Kyai Said, akhirnya santri tadi berinisiatif untuk mencari keluarga atau abdi ndalem agar bisa membukakan pintu Ndalem Kyai Said. Tujuannya supaya Kyai Hamid bisa menunggu di Ndalem saja.

Tak lama kemudian keluarlah Gus Kholidul Azhar, putra angkat Kyai Said, dari dalam Ndalem sambil kelihatan layu nampak habis bangun tidur. Maka tanpa basa-basi santri tadi langsung berkata kepada Gus Kholid: “Gus, wonten Kyai Hamid Pasuruan bade sowan dateng Romo Yai,” Gus ada Kyai Hamid Pasuruan ingin menghadap KH. Said.

“Iyo wis mari ketemu kok,” iya sudah ketemu kok, jawab Gus Kholid.

“Lho, kepanggih pripun tho Gus. Lha wong Kyai Hamid sak meniko tasik nenggo Romo Kyai Said kundur saking tindakan ten masjid ngantos sare wonten ngajenge mihrob”, Sudah ketemu bagaimana Gus, lha tadi Kyai Hamid masih menunggu Kyai Said yang sedang keluar di masjid depan mihrab kok.

“Lho, sopo sing ngomong Abah (Kyai Said) tindak? Wong iki maeng lho aku metu teko kamar (habis tidur) Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale (ruang tamu) omah”, kata siapa Abah sedang keluar? Baru saja aku keluar kamar, Abah bersama Kyai Hamid bertemu di ruang tamu.

“Lho, saestu Gus Romo Kyai Said tasik tindakan, kulo ningali piambak wau mios ipun. Pramilo Kyai Hamid nenggo Romo Kyai kundur sakniki ten masjid” beneran lho Gus, tadi Kyai Said sedang keluar. Saya lihat. Sedangkan Kyai Hamid menunggunya di masjid.

“Koen iki yokpo se, dikandani lek Abah karo Kyai Hamid isik temon-temonan ndek mbale kok gak percoyo?” Kamu ini bagaimana sih, diberi tahu Abah bersama Kyai Hamid masih bertatap muka di ruang tamu kok tidak percaya.

“Mosok nggeh Gus, saestu tah? Wong nembe mawon kulo tasik ningali Kyai Hamid wonten masjid, sare ten ngajenge mihrob. Lan kulo ningali Kyai tindakan lan dereng kondur.” Masak sih Gus, sungguh? Baru saja saya lihat Kyai Hamid masih di masjid, tiduran di depan mihrab. Dan saya lihat Kyai Said sedang keluar, belum pulang.

“Koen iki, dikandani kok gak percoyo.” Kamu itu diberi tahu kok tidak percaya. Timpal Gus Kholid.

Di tengah perdebatan antara santri tadi dengan Gus Kholid, tiba-tiba datang mobil Holden Kyai Said datang dan berhenti di depan Ndalem. Keluarlah dari dalam mobil tadi Kyai Said dan Ibu Nyai. Melihat pemandangan itu, Gus Kholid dan santri tadi menjadi bingung. “Lho Gus, niku lho Romo Kyai nembe kondur saking tindakan,” Lho Gus, itu Kyai Said baru saja pulang, tukas santri tadi.

“Lha terus, sing tak delok temon-temonan ndek mbale omah iki maeng sopo?” Lha terus yang barusan saya lihat sedang bercengkerama di ruang tamu itu siapa? Sela Gus Kholid.

“Lha geh duko Gus,” Ya tidak tahu, Gus, jawab santri tadi.

Di tengah kebingungan keduanya, maka Gus Kholid langsung menghampiri Kyai Said yang baru keluar dari mobil, seraya berkata: “Abah, wonten...”

Belum selesai berkata, Kyai Said langsung menjawab: “Kyai Hamid? Wis.. wis... Abah wis ketemu kok.” Kyai Hamid? Sudah, sudah saya temui kok. Sambil berjalan menuju Ndalem.

Maka makin bingunglah Gus Kholid dan santri tadi mendengar jawaban Kyai Said tersebut. Demi untuk menghilangkan kebingungannya, santri tadi langsung berlari ke masjid memastikan Kyai Hamid masih di depan mihrab. “Tapi kali ini ia tidak berhasil menemukan Kyai Hamid di sana, dicari ke mana-mana pun tidak ketemu.” Tutur KH. Achmad Muchtar Gz, santri KH. Moh. Said, mengakhiri kisahnya.

6. Kewafatan KH. Moh. Said

Pernah sewaktu sakitnya, beliau dikunjungi al-Quthb al-Habib Abdul Qadir Bilfaqih, Pengasuh Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyah, yang waktu itu diantarkan oleh Gus Suyuti Dahlan. Dalam pertemuan itu, Habib Abdul Qadir sempat menawarkan obat dari Jerman yang sangat istimewa dan mujarab kepada Kyai Said.

Namun, dengan segala kerendahan hati tawaran sang habib tersebut ditolaknya. Lantas Kyai Said menceritakan, jika dirinya pernah bermimpi. Hatinya pecah menjadi dua. Pecahan itu kemudian menjadi tulisan dalam bahasa Arab, yang artinya: “Tidak ada obat untuk penyakit ini, kecuali dengan dzikrullah.”

“Kalau begitu, tidak usah saya beri obat Pak Kyai. Dzikir itu saja diteruskan,” tutur Gus Mad Suyuti menirukan perkataan Habib Abdul Qadir Bilfaqih kepada Kyai Said waktu itu.

KH. Moh. Said wafat pada tanggal 1 Desember tahun 1964 dalam usia 63 tahun. Jenazahnya dimakamkan di lingkungan Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen Malang
KH. MOH. SAID

Kamis, 03 Januari 2013

Psikologi sosial


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.
Walaupun terdapat banyak kesamaan, para ahli riset dalam bidang psikologi dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan dalam hal tujuan, pendekatan, metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih menyukai jurnal akademik dan masyarakat profesional yang berbeda. Periode kolaborasi yang paling utama antara para ahli sosiologi dan psikologi berlangsung pada tahun-tahun tak lama setelah Perang Dunia II.[2] Walaupun ada peningkatan dalam hal isolasi dan spesialisasi dalam beberapa tahun terakhir, hingga tingkat tertentu masih terdapat tumpang tindih dan pengaruh di antara kedua disiplin ilmu tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Pengertian Psikologi Sosial?
2.      Definisi-definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli?
3.      Ruang Lingkup Psikologi sosial?
4.      Metode – Metode Psikologi Sosial?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya. Psikologi sosial juga merupakan suatu ilmu pengetahuan baru dalam abad modern. Ilmu ini mulai di rintis pada tahun 1930 di amerika serikat dan kemudian juga di Negara-negara lain. Sebagai displin ilmu yang relatif baru dalam perkembangannya ia banyak menggunakan materi-materi yang sudah tersedia dalam disiplin ilmu sosial lainnya, seperti dari sosiologi dan antropologi misalnya konsep-konsep tentang norrna,sruktur social dan peran adalah konsep yang di ambil dari disiplin ilmu yang sudah lebih dahulu berkembang. Pengkajian psikologi social dan ruang lingkupnya akan dapat member gambaran tentang apa pengertian psikologi sosial dan apa saja yang menjadi objek dalam studinya. Mempelajari modul Psikologi Sosial dan Ruang Lingkupnya merupakan pangkal otakuntuk mengetahui lebih lanjut tentang prinsip-prinsip maupun proses yang tingkah laku seseorang sebagai mahluk sosial.

2.2. Definisi-definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli
1. Hubert Bonner
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2. A.M . chorus
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat
3. Michener & Delamater : 1999
Psikologi Sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari prilaku sosial manusia
4. Gordon Allport : 1985
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara nyata/aktual, dalam bayangan/imajinasi dan dalam kehadiran
yang tidak langsung (implied)
5. Davis O Sears
Psikologi Sosial merupakan usaha sistematis untuk memahami prilaku sosial, yakni :
a) Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social
b) Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
c) Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
6. Shaw & Costanzo : 1970
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
7. Berhm & Kassin
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara individu berpikir, merasa, dan bertingkah laku dalam setting sosial.

2.3.Ruang Lingkup Psikologi sosial
Ditinjau dari segi objeknya,psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan besar,yaitu:
a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia
b. Psikologi yang menyelidiki gdan mempelajari hewan,yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan
Kesulitan lain dalam pembentukan teori psikologi social adalah menentukan ruang lingkup suatu teori seperti berikut ini:
a) jangkauan penerapan (comprehensiveness), yaitu untuk berapa banyak (macam) fenomena atau kepribadian teori ini dapat diterapkan.
b) Keterbatasan ,yaitu sampai dimana perlu diberikan prasyarat pada kondisi dimana fenomena itu timbul agar suatu teori dapat dinyatakan berlaku.
c) Keumuman (generality),sampai dimana teori bias diperluas untuk mencakup situasi-situasi yang tidak tercakup dalam fenomena awal yang dijadikan dasar untuk penyusunan teori yang bersangkutan.
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain,psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena.dengan mengerti suatu fenomena,kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi. Selanjutnya , dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu,kita dapat mengendalikan fenomenaitu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebetulnya tujuan dari ilmu,termasuk psikologi sosial. (namun,tentu saja tidak selalu kalau kita bisa mengontrol suatu gejala maka kita sudah mengerti betul tentang gejala itu. Seorang pengemudi mobil misalnya,dapat mengendalikan mobilnya tanpa ia mengrti betul tentang mekanisme yang menggerakkan mobil tersebut).
Psikologi yang dipelajari secara praktis dapat dipraktekan dalam bermacam-macam bidang ,misalnya dalam bidang pendidikan,dalam bidang indrusti atau perusahaan dan sebagainya. Psikologi yang berusaha mempelajari jiwa manusia, ternyata banyak mendapat kesulitan ,oleh karena objek penyelidikannya adlah abstrak ,yang tidak dapat diselidiki secara langsung,tetapi diselidiki keaktifannya yang terlibat melalui manifestasi tingkah laku atau perbuatan. Dapat dimisalkan bila kita mempelajari tentang angina,objeknya sendiri secara langsung tidak dapat dilihat ,namun dari keaktifannya ,bila ada daun yang bergerak atau debu beterbangan ,maka jelas ada ,seperti itu pulalah bila kita mempelajari jiwa.
Jadi dalam mempelajari psikologi ini,kita akan membatasi diri pada tingkah laku manusia,karena manusia adalah makhluk tuhan tertinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk yang lain.

2.4.Metode – Metode Psikologi Sosial
Dalam psikologi sosial ada beberapa metode yang dilakukan secara empiris tidak seperti ketika psikologi sosial hanya dipikir dan direnungkan tanpa bukti dan fakt-fakta yang jelas, ada beberapa metode yang dikemukakan oleh beberapa ahli
  1. Metode Eksperimen
Wilhem Wundt adalah yang pertama memakai dam mendasarkan metode ini kedalam psikologi sosial secara ilmiah, dalam metode ini ada beberapa syarat yang diajukan oleh Wilhem:
a) kita harus dapat menetukan dengan tepat waktu terjadi gejala yang ingin kita selidiki
b) kita harus dapat mengikuti langsung gejala yang ingin kita selidiki dari mulanya sampai pada akhirnya, dan kita harus mengamati dengan perhatian yang khusus
c) tiap-tiap observasi (pengamatan) harus dapat kita ulangi dalam keadaan-keadaan yang sama
d) kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat- syarat keadaan eksperimen Maksud metode ini memanglah untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus.

  1. Metode Survey
Dalam metode ini penyelidik mengumpulkan keterangan- keterangan seluas mungkin mengenai kelompok tertentu yang ingin dia selidiki, kebiasaan survey yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi dan angket untuk mendapatkan keterangan
  1. Metode Diagnotik-Psikis
Dalam mengumpulkan beberapa keterangan biasanay penyelidik tidak melakuakan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji test-test psikolgi yang dapat menggambarkan segi-segi psikologi yang lebih dalam mendapat keterangan.
  1. Metode Sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena dialah yang menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti “intra-group- relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya. Sedangkan metode sosial antara lain :
a) Metode Eksperimen,
b) Metode survey,
c) Metode Observasi,
d) Metode diagnostik – psychis,
e) Metode Sosiometri.

Senin, 09 April 2012

HAKIKAT IKHLAS



 Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

Kami, aku dan kakakku Kiai Cholil Bisri, mendengar dari guru kami Syeikh Yasin Al-Fadani dan ayah kami Kiai Bisri Mustofa --rahimahumuLlah, masing-2 berkata: Aku bertanya kpd Sayyid Guru Umar Hamdan ttg hakikat IKHLAS, dan beliau pun berkata: Aku pernah bertanya kpd guruku Syeikh Sayyid Muhammad Ali Al-Witri ttg hal itu dan beliau berkata, Aku pernah bertanya ttg hal itu kpd guruku Syeikh Abdul Ghani Al-Mujaddidi, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada guruku Syeikh Muhammad Abid As-Sindi Al-Anshari, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Shiddiq bin Ali Al-Mizjaji,
beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada ayahku, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Hasan Al-Ujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad al-Qasysyasyi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad Syanaawi, beliau berkat: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada ayahku Syeikh Ali Asy-Syanaawi, dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Al-Haafizh Jalaluddin As-Suyuthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada A'isyah binti Jaarullah bin Shaleh Ath-Thabari, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Shiddiq dan beliau berkata: Aku bertanya ttg hal itu kpd Syeikh Abul Abbas Al-Hajjar dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Jakfar Ibn Ali AL-Hamdani, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abul Qasim bin Basykual, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Qadhi Abu Bakar bin aL-'Arabi, beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ismail bin Muhammad Al-Fadhal Al-Ashbihani, beliau berkata: Aku pernah menanyakan halitu kepada Syeikh Abu Bakar bin Ahmad bin Ali bin Khalaf dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abdurrahman Al-Baihaqi dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Sa'id Ats-Tsaghrai dan Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Zakaria dan beliau berdua berkata: Kami pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Ibrahim Asy-Syaqiqi dan beliau berkata: Aku pernaha menanyakan hal itu kepada Syeikh Abu Ya'qub Asy-Syaruthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh AHmad bin Ghassan dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad bin 'Atha' Al-Hujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abdul Wahid bin Zaid dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Imam Hasan Al-Bashari, beliau menjawab, Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku pernah menanyakan ttg ikhlas itu kpd malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab: "IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg KUtitipkan di hati hambaKU yg AKu cintai."

Minggu, 11 Maret 2012

PEMIKIRAN AL-GHAZALI TENTANG PENDIDIKAN

Al-Ghazali merupakan tokoh yang sangat memperhatikan bidang pendidikan.
Menurut Al-ghazali,pendidikanlah yang banyak membentuk corak kehidupan suatu bangsa.Menurut Al-Tibawi,pemikiran pendidikan Al-Ghazali ini paling baik,sistematis,dan komprehensif dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.Hal ini disebabkan Al-Ghazali adalah seorang guru besar yang juga sekaligus pemikir besar.Pemikiran pendidikan Al-Ghazali telah mendominasi atmosfer pemikiran pendidikan selama ber abad-abad semenjak kematiannya.
Pokok-pokok pemikiran Al-Ghazali terdapat dalam kitabnya Ihya' Ulum Ad-Din dan Ayyuhal Walad.Kedua kitab ini ditulisnya setelah dia melewati perjalanan panjang intelektualnya.Kunci pokok pemikiran Al-Ghazali dapat ditemukan pada pertanyaan tentang hakikat pendidikan,yakni mengedepankan kesucian jiwa dari akhlak yang hina dan sifat-sifat yang tercela,karena ilmu merupakan ibadahnya hati,shalat yang bersifat rahasia,dan sarana pendidikan batin kepada Allah.Konsep pendidikan yang dikembangkan Al-Ghazali mencakup lima aspek pendidikan akal,dan aspek pendidikansosial,yang kesemuanya harus ditanamkan pada anak sejak usia dini.Kelima aspek tersebutharus diwujudkansecara utuh dan terpadu agar dapat menghasilkan manusia seutuhnya.
Secara singkat,pokok-pokok pemikiran pendidikan Al-ghazali bisa diklarifikasikan ke dalam tiga hal.pertama,penjelasan tentang keutamaan ilmu.Kedua,penggolongan ilmu pengetahuan.Ketiga,kewajiban-kewajiban pokok bagi seorang guru dan anak didik.
seorang murid menurut Al-Ghazali haruslah menjadi calon guru,minimal guru bagi dirinya sendiri,dan dengan berakhlak mulia menjadi teladan yang baik bagi yang lainnya.

Selasa, 06 Maret 2012

PENGARUH BACAAN AL QUR'AN PADA TUBUH DAN OTAK MANUSIA

      
      Sebuah ilmu kedokteran telah menemukan bahwa alunan ayat ayat Al Qur'an mampu menggetarkan sel-sel tubuh dan juga sel-sel otak manusia sehingga menghasilkan frekuensi dan getaran tang sangat luar biasadan juga sangat tepat dan sempurna sesuai dengan fitrah Allah(ciptaan Allah).Dan sel-sel tubuh serta otak yang ada dalam diri manusia yang rusak atau tidak normal dengan cepat bisa kembali membaik dan normal kembali seperti sediakala.
        Ini adalah penemuan yang sangat mengejutkan dunia kedokteran,terutama para Ahli kedokteran non-Muslim yang harus mengakui tentang kehebatan firman Allah SWT yang tertuang di dalam Al Qur'an.
        Bacaan Al Qur'an juga berpengaruh pada kejiwaan dan karakter manusia ,bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an Insyaalah akan membuat seseorang menjadi:
  • Lebih kebal terhadap penyakit
  • Melakukan pekerjaan secara fokus
  • Menjadi lebih inovatif
  • mempunyai jiwa yang lebih stabil
  • Mampu mengontrol emosi secara baik
  • Mampu mengambil keputusan dengan baik dan benar
  • Mampu mengatasi rasa khawatir yang berlebihan
  • Mempunyai karakter yang kuat dan jujur 
  • Pantang menyerah dan pekerja keras 
  • Tidak egois,Positive thinking,Jujur,mau menerima kritik
  • Mampu mengatasi kangker
  • Mampu menghentikan kebiasaan merokok
  • Mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit
  • mampu meningkatkan kelancaran dalam berbicara didepan orang banyak.  
(Sumber penelitian Ir.Abdul daem Al-Kaheel dengan referensi international yang terpercaya)

Hadits Nabi :"sebaik baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain"(H.R. Bukhari).
       
      Kitab suci Al Quran adalah nyata-nyata firman Allah SWT sehingga semua yang termaktub didalamnya pastilah benar ....
Allahu A'lam bisshowab

Minggu, 16 Oktober 2011

Hukum Menuntut Ilmu





Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :

Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda

: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.

Rasulullah Saw., bersabda:" طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم “

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)


Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.